Tersandung, Salahnya Batu Bukan?
Kemarin sempat ketemu sama ibu dan anak balitanya yang sedang jalan kaki berdampingan. Tiba2 si anak jatuh tersandung batu kecil, dari ekpresi wajahnya terlihat menahan sakit bahkan hampir menangis. Lalu, si ibu bilang "duh.. gpp kan nak? Batunya nakal ya, kodoknya nakal. Ih.. ih.. (si ibu menginjak2 kakinya ke tanah& batu tersebut)."
Aku pun memperhatikan dari kejauhan, sambil senyum sinis plus mikir. Mana kodoknya?😁 padahal disitu gk ada kodok. Dan kenapa pula harus menyalahkan batu. Batu hanya benda mati yang tak bisa bergerak sendiri.
Tanpa disadari perkataan si ibu yang justru menyalahkan yang lain saat si anak jatuh akan membekas di otak anak. Dan dikemudian hari anak akan terbiasa menyalahkan yang lain ketika berbuat salah atau saat mereka kecewa akan suatu hal. Misalnya, saat dia sudah agak gedean terus mau pakai baju kesayangannya. "Ih.. kok gak muat, bajunya kekecilan". Padahal ukuran badannya yang bertambah kenapa menyalahkan bajunya. Ukuran baju dari awal beli smpai kapan pun gak akan berubah kecuali diubah atau baju tersebut terbuat dari bahan yang bahannya bisa molor.😁
Kenapa gak mengatakan yang sejujurnya, "Gpp sayang, kamu yang salah gak hati2. Lain kali jalannya hati2 ya. Kita pindahkan batunya ke pinggir biar nanti gk ada yang jatuh lagi seperti kamu." 😊
Komentar
Posting Komentar