Nasehat di Ujung Senja

"Mbak, perihal agama bapak memang tak secanggih kamu. Tapi bapak mau kasih tau sesuatu tentang bab kesabaran, tentang memberi dan melepaskan. Oh, ya terimakasih untuk sepucuk surat tempo hari".

Sabar, mudah sekali diucapkan namun tidak mudah untuk di praktekkan.
Sabar itu menahan, menahan untuk tidak membalas meski kamu berkuasa membalasnya. Bukan berarti tidak boleh marah, akan tetapi tahu bagaimana menyalurkan kemarahan dengan tepat. Sabar itu bertahan, bertahan untuk tetap kuat meski tubuhmu meronta kesakitan. Sabar, terkadang juga tentang introspeksi diri.

Jangan mudah menangis, jangan suka mengeluh. Kamu adalah putri seorang petani tangguh. Bersabarlah dalam setiap perkara. Terkadang suatu kejadian yang menyakitkan akan memberi pelajaran berharga dan bekal untuk kita menghadapi banyak hal di hari esok. Tidak banyak orang yang mau bersusah payah menyusuri jalan yang sangat terjal dan dalam untuk menikmati keindahan yang begitu menakjubkan. Padahal untuk menikmati sesuatu yang indah perlu perjuangan dan kesabaran. Bahkan terkadang perlu dihadapkan pada kejadian yang memilukan sekali lagi, baru ia akan paham.
Yakinlah mbak, setiap kesabaran pasti membuahkan hasil, setidaknya untuk ketenangan diri sendiri. Tenanglah mbak, ada bapak dan ibu yang senantaisa menggandeng tanganmu, membimbing dan mendukungmu dalam kebaikan.

Selanjutnya tentang bab memberi dan melepaskan, ini adalah ilmu akhirat. Ilmu akhirat mengajarkan kita untuk terus memberi dan melepaskan sampai tidak ada lagi yang bisa diberi dan dilepaskan.
Kamu tahu mbak, mengapa menikah itu dikatakan menyempurnakan separuh agama?
"Karena menikah adalah ibadah yang panjang, bapak".
Karena menikahlah yang mengajarkan kita tentang ilmu akhirat, mbak. Nanti kamu akan belajar ilmu akhirat dari sebuah pernikahan, sama seperti bapak yang belajar dari pernikahan dengan ibumu. Tidak perlu bapak jelaskan, kamu anak pintar. Bapak yakin suatu saat nanti kamu akan memahami dengan sendirinya.

Ingat selalu pesan bapak, mbak. Jadilah wanita kuat yang bisa memeluk hal semenyakitkan apa pun, seperti cerita Sri Ningsih yang mbak ceritakan tempo hari. Bujuklah dirimu sendiri untuk terus sabar, melepaskan, merelakan dan semua hal yang ringan dikatakan tapi berat untuk dilakukan. Belajarlah tentang penerimaan yang tulus, mbak.

Ah... senja kali ini terasa begitu indah. Kita duduk di tepi jalan dengan pematang sawah hijau yang meneduhkan sebagai latarnya. Sesekali kita bercengkrama, saling bertukar cerita. Terimakasih untuk setiap pelajaran dan nesehat yang bapak berikan untuk putrimu satu-satunya. Terimakasih untuk pelukan hangat dan kecupan sayang dari bapak untuk seorang anak. Terimakasih. Terimakasih Tuhan, ini adalah ujung senja yang tak terlupakan.

Komentar

Postingan Populer