Berhenti Mengenang
"Tidak ada yang terlambat tentang cinta. Hanya saja, waktu yang terlambat mempertemukan kita."
Dalam keramaian, aku terdiam dengan perasaan entah. Ada kekosongan dan kehampaan yang aku rasakan. Ingin rasanya aku berteriak, melepas segala kegundahan dihati. Aku tahu, mendambamu adalah suatu kesalahan.
Apalah daya, aku tak kuasa melawan gemuruh rasa yang mungkin saja datang tidak tepat waktu. Kita membangun cinta pada waktu yang salah, sedangkan aku dan kamu tidak tahu caranya berhenti serta mengendalikan diri.
Mengapa perasaan ini muncul kembali? Setelah puluhan hari aku mampu menepis sejenak bayangmu. Aku pikir, perpisahan bisa membuat kita menjadi dua orang asing yang tak saling kenal. Nyatanya aku salah. Itu hanya bertahan sementara. Selanjutnya, kita tidak benar-benar belajar saling melepas. Kamu tidak pergi. Aku juga tak sepenuhnya pergi. Barangkali masih ada secuil rasa penasaran yang menahan kita disini, di persimpangan do'a.
Ketika aku memutuskan pergi. Ketika semua tentangmu ku hapus dari memori ponselku. Ketika aku tak mampu lagi berada diantara dua hati. Seketika aku berharap perasaan itu bisa terhapus dalam sekejab.
Sudahlah, aku sudah cukup bahagia dengan aku yang sekarang. Tak ingin tertalu berlarut terjerembab dalam kenangan. Aku percaya, waktu akan memulihkan semua. Karena melepasmu pergi adalah keputusan yang sudah ku yakini.
"Aku pergi. Entah akan menjadi jalan pulangmu atau tidak. Tetap akan ku nikmati rumahku hari ini."
Komentar
Posting Komentar