KAYANGAN API



KACAMATA SEJARAH: DIBALIK  PESONA WISATA KAYANGAN API

Gambar 1.1 Gapura Masuk Kayangan Api

Kayangan Api merupakan sumber api yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, sebuah desa yang memiliki kawasan hutan sekitar 42,29% dari luas desa.



Gambar 1.2 Sumber Api Abadi (Dokumentasi Pribadi)

Jalan menuju kayangan kata lain dari kayangan api merupakan tempat pengasingan seorang mpu yang bernama Ki Kriya Kusuma nama samara dari Empu Supagati. Dia adalah seorang mpu pembuat keris yang terkenal dijaman Majapahit, sehingga lebih dikenal dengan nama Mbah Pandhe. Ditempat pengasingannya inilah ki kriya kusuma melakukan tapa sambil menekuni profesinya sebagai ahli pembuat keris. Didalam pengasingannya, mpu Supagati berhasil membuat sebuah keris yang diberi nama “Dapur Jakung luk telu Blong pok Gonjo”.


Gambar 1.3 Monumen (Dokumentasi Pribadi)

Pada tanggal 4 Juni 2000 Kayangan Api dijadikan sebagai tempat pengambilan api oleh Gubernur Jawa Timur Bapak Imam Utomo S. Kemudian pada tanggal 7 Juni 2000 dijadikan sebagai tempat upacara pengambilan api PON XV 2000.
Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun. Dari berbagai sumber cerita, Kayangan Api dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting yakni Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal, nyadran dan Wisuda Waranggono (Sumber : www.eastindonesia.com).

"Air Blukutuk"
Selain mengeluarkan api abadi yang tak kunjung padam, tempat ini juga mengeluarkan semburan api bercampur air yang sering disebut masyarakat sebagai ” air blukutuk”. Kubangan lumpur yang berbau belerang ini menurut kepercayaan digunakan oleh Mbah Kriyo Kusumo untuk membuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain.
Namun, semburan tersebut tidak membahayakan masyarakat yang berada disekitar lokasi tersebut.

Gambar 1.4 Air Blukutuk (Dokumentasi Pribadi)

Air blukutuk ini dulunya untuk mencuci atau merendam keris yang dibuat Mpu Supagati” Kata juru kunci kayangan api Pak Juli. Bahkan oleh masyarakat sekitar maupun pengunjung lokasi wisata tersebut, air blukutuk tersebut dianggap membawa berkah. Karena selain dapat mengobati penyakit juga dianggap dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang datang untuk meminta keberuntungan. Selain memintakesembuhan dari air blukuthuk, masyakarat yang datang kesini juga melakukan tirakat dengan bertapa didekat lokasi api abadi, “ujar Pak Djuli.
Hingga saat ini lokasi wisata yang berada di tengah hutan jati ini masih banyak meninggalkan misteri. karena selain mengeluarkan semburan api bercampur lumpur yang tidak membahayakan, tempat tersebut diyakini juga oleh masyarakat setempat dijaga oleh dua orang anak gadis ki kriya kusuma yang bernama Sri wulan dan Siti Sundari.

Komentar

Postingan Populer