SEBUAH HAKIKAT
Bukankah hakikat cinta sejati itu tentang melepaskan? Atau justru tentang memiliki?
Untuk kesekian kali, aku coba pahami ini lewat kepiluan yang sering kali menghampiri. Entah mengapa, rasanya Dewi Cinta belum berpihak padaku. Yasudahlah, mungkin ini jalan takdir yang harus kulalui sambil sesekali merekatkan hati yang pernah retak untuk kemudian bisa utuh kembali. Bahkan kali ini lebih dalam lagi aku pahami. Dan sekarang aku tahu jawabannya, bahwa sesungguhnya cinta itu melepaskan. Melepaskan orang yang kamu cintai memilih jalan bahagianya sendiri. Meski kamu tidak ada dalam pilihan itu. Sebab, aku tahu yang mencintaimu bukan hanya aku. Pun yang menginginkanmu bukan hanya satu.
Kalau saja aku bisa memilikimu, alangkah bahagianya aku. Tapi, membayangkan tentangmu saja aku enggan. Karena, aku paham siapalah diri ini jika dibandingkan denganmu atau dengan mereka yang mendambamu. Berharap saja rasanya aku tak pantas, apalagi membayangkan diri ini bersanding denganmu. Aku? Aku hanya seorang pendosa, aku hanya wanita biasa, sederhana. Wanita rumahan, minim liburan. Tak seperti mereka diluar sana yang berpenampilan modis dan menarik, pun pandai berdandan. Aku? Ah... memegang kuas pensil alis saja tanganku gemetar apalagi mengaplikasikannya dalam lukisan. Barangkali aku tak ditakdirkan pandai dalam hal bersolek.
Aku akui, dulu, aku pernah diam-diam menyebut namamu dalam sujud di sepertiga malam. Sampai akhirnya aku menghentikan itu semua. Aku hanya tak ingin mengekalkan sebuah nama dalam dada. Aku juga tak ingin memaksa Tuhan menuruti apa yang aku minta. Meski hati kecilku masih sedikit berharap. Namun, aku mencoba untuk menepisnya. Rasanya sudah cukup banyak pil pahit yang harus kutelan, untuk kali ini tak akan kubiarkan lidahku kelu karena kepahitan cinta.
Kali ini aku benar-benar belajar tentang pelepasan. Melepaskan segala tentangmu. Sudah kuserahkan semua pada Rabb ku, biar tanganNya yang mengatur segala dalam hidupku. Termasuk apakah aku harus ditakdirkan hidup bersama orang yang kucintai atau justru Tuhan punya pilihan lain untukku. Aku hanya bisa menunggu kebahagiaan datang menghampirimu sambil menatapmu dalam diam, tanpa kau tahu.
Biarlah aku belajar lebih dalam tentang pengikhlasan. Ikhlas melepas seseorang yang pernah singgah dalam hati memilih jalan bahagianya sendiri, bersama orang lain. Tidak mudah, sama sekali tak mudah. Tapi harus aku jalani semua dengan damai. Mendamaikan hati sendiri dengan bantuan Rabb ku. Dialah satu-satunya yang paling mengerti aku, yang setia mendengarkan keluh kesahku dengan iringan airmata. Sesekali tersengguk, tergugu, tertikam sesak dan jatuh tersungkur dalam sujud. Kemarin rasanya aku masih bahagia dengan banyak hal, untuk hari ini jatuh tersungkur dipukul telak kehidupan.
Kamu tenang saja, jangan resah memikirkanku. Aku akan selalu baik-baik saja. Ada belaian lembut Tuhanku yang menguatkan. Pergilah, kejar bahagiamu.
Komentar
Posting Komentar